Alarm berdering tepat disebelah telinga kananku. Jarum jam tepat diangka 6 pagi. Lekas kuberlari mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Kupakai seragam dan kaos kaki dengan cepat, hingga kulupa menyisir rambutku. "Hyerinnaaa! Ireona!" Teriak unnieku dari meja makan. "Nae!" Jawabku sambil menuruni tangga.
Hujan turun di awal kelas 3 ku. "Ah aku terlambat" ucapku sambil berlari dengan payung di tanganku.
Saat akan melewati perempatan jalan, langkahku terhenti. Seorang laki-laki berseragam sekolah yang sama menatap langit dengan earphone di telinganya. "Heol.. apa dia gila? Dia akan terlambat dan pakaianya basah" ucapku. Aku segera berlari lagi.
Sesampainya di depan sekolah, sapaan dari guru choi memulai hariku. Dengan suara lantang dia menyuruh mengeringkan payung dan sepatu. Aku segera mengeringkan payung dan sepatuku.
Aku segera berlari ke kelas 2-3. Suasana kelas yang hangat dan ceria mengawali kelasku. Aku segera menuju mejaku dan meletakkan tasku. "Hei... kim hye rin, yeogi...yeogi!" Ucap park eun yeon, perempuan bertubuh tinggi putih dengan lesung pipit di pipinya yang ibunya adalah seorang model dan pemilik Park Group. "Hei... daebak! kita sekelas lagi!" Jawabku sambil berjalan menuju mejanya. Aku dan eun yeon memang sudah berteman dari kami kelas 1, kami juga selalu sekelas, tidak heran kalau kami memang sangat dekat.
"Hei..hei... apa kalian tidak mendengar bel masuk berbunyi! Cepat kembali ke tempat duduk kalian!" Ucap guru Han kyung dong dengan seorang laki-laki yang kulihat di perempatan jalan tadi. "Annyeonghaseo!" Ucap kami. Semua mata tertuju pada laki-laki itu. Dia menatapku dengan penuh kejutan.
"Uwahhhh... jinjha! Kyeoptaa..!" Ucap Jung bi mi, perempuan cantik dan cute dengan rambut cokelat panjang dan tubuh ramping. "Siapakah laki-laki tampan ini?" Ucap Shin hye soo, perempuan genit dengan berbagai aksesoris bermerk yang merupakan pewaris JJ group. Aku hanya memandang laki-laki dengan tubuh tinggi itu dengan penasaran yang mendalam.
"Kenalkan dirimu kepada teman-temanmu" ucap guru Han.
"Annyeonghaseo, na Lee dong hyunimnida" senang bertemu kalian.
"Whaaa... dingin sekali laki-laki ini" ucap jung bi.
"Cha..cha sekarang duduklah di sebelah Kim bi ren" ucap guru Han.
"Annyeong" sapaku kepada dia. Dia tidak menghiraukan sapaanku. Aku langsung menutup wajahku dengan buku yang ada di atas meja.
Saat keluar main, aku segera beranjak ke meja Park eun yeon.
"Hei... dia dingin sekali!, keundae, dia tampan sih" ucap park eun yeon.
Aku melihat ke arah dia, tapi dia tidak ada di meja. Aku penasaran kemana dia pergi. Aku segera keluar dan mencarinya. Saat aku mencari ke taman ternyata dia sedang duduk di taman di bawah pohon sakura sambil mendengarkan lagu. Aku pura-pura sedang lewat dan duduk di sebelahnya. "Chogio, apakah aku boleh duduk disini" ucap ku. Dia diam tak menghirauknanku. "Hei...saat di perempatan jalan tadi, aku meliahat kamu sedang menatap langit. Apa sebenarnya yang sedang kau pikirkan?" Ucapku. "Diamlah... aku ingin istirahat. Urus saja dirimu sendiri" jawabnya. Aku pergi meninggalkan dia sendiri dan bergegas kembali ke kelas.
Bel pun kembali berbunyi, pelajaran matematika membuatku mengantuk dan malas. Lee dong hyun tidak ada di mejanya, kemana sebenarnya dia pergi.
Bel pun berbunyi aku melihat ke ke luar dari jendela. Aku melihat Lee dong hyun masih tidur di taman. Aku segera pergi ke taman. "Hei... irona.... irona... kenapa kau masih saja tidur!" Ucapku. Lee dong hyun pun membuka matanya. Aku terkejut dan terdiam melihat matanya yang berbinar-binar. Sepertinya dia habis menangis, aku semakin penasaran dengannya. "Wae? Waeo? Kau habis menangis?" Tanyaku penasaran. "Anie! Anieo! Ini karena kau membangunkanku!" Jawabnya.
"Hei..hei.. apa kau mau makan denganku?" Tanya dong hyun.
"Na? Keurae!. Aku anggap ini bayaran karena kau tadi tidak menghiraukan sapaanku" jawabku.
Sepulang sekolah...
"Aishh jinja. Hari ini adalah hari menyebalkan. Hari pertama sekolah, mendapat teman sebangku yang menyebalkan, ditambah tugas piket" gerutuku sambil merapikan meja dan kursi. "Kemana semua orang yang mendapat tugas!" Gerutuku lagi.
"Hei... kerjaanmu tidak akan selesai kalu kau mengerutu terus. Pali...pali... aku bantu!" Ucap dong hyun sambil menghapus papan tulis yang semula penuh dengan coretan guru Han.
Aku terus memandangi laki-laki yang ada di depanku sambil berpikir. Ternyata laki-laki ini baik dan penuh perhatian.
"Hei... wae? Kenapa kau memandangiku?"tanyanya.
Senyuman yang terlihat di wajahnya mengingatkanku akan seseorang yang pernah ku kenal di masa lalu.
"Hei... pali...pali... bersihkan. Apa kau tidak ingin ikut makan bersamaku?" Tanyanya. "O...oohh!" Jawabku menghamburkan lamunanku. Sikapnya kembali dingin dengan cepat.
Setelah kami membersihkan kelas, kami langsung membeli ramyun untuk dimakan. Aku masih memandangi wajahnya yang putih bersih, Melihat ramyun yang masuk ke dalam mulutnya. "Hei.. makanlah ramyunmu!" Ucapnya. "O..ooh" jawabku terkejut dan segera menghabiskan ramyunku. Tak sepatah kata pun dia ucapkan selama kami makan ramyun.
"Gomawo! Kau sudah mentraktirku makan" ucapku. "Oh!, pulanglah aku akan ke arah sana" jawabnya dingin.
Saat akan melangkah ke luar pintu tiba-tiba hujan turun deras. "Aishh, jinja. Bagaimana aku bisa pulang?
Dong hyun menatap langit dengan penuh perasaan. Aku melihatnya dan berpikir sebenarnya apa yang dia pikirkan.
"Dong hyuna! Dong hyuna!" Aku memanggil namanya. "Wae?" Jawabnya sambil menatap langit. "Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan". "Wae?", "Apa kau menyukai hujan?". "Ne! Aku suka hujan. Menurutku hujan bisa menghapus segalanya. Dengan hujan orang bisa bebas menangis".
"Apa maksud dari perkataan dong hyun tadi?". Aku terus memikirkan perkataan dong hyun tadi. Sepertinya aku pernah mendengar kata itu, tapi siapa?.
Saat di perjalanan menuju sekolah aku masih memikirkan perkataan dong hyun kemarin. Aku mengingat-ingat perkataan itu hingga membuat kepalaku sakit. Badanku terasa lemas.
Saat akan melangkah ke dalam kelas, ada rasa ragu-ragu dibenakku. Aku segera duduk diam di mejaku, dengan dong hyun yang sudah datang duluan sambil memandang keluar dengan earphone di telinganya. Seketika aku merasa canggung duduk bersama dong hyun.
Saat pelajaran dimulai tak ada sepatah-katapun yang keluar dari mulut kami. Aku merobek seujung kertas dari belakang bukuku dan menuliskan ssebuah kalimat. "Hei... temui aku di taman".
Saat di taman, au sudah duduk dan menunggu dong hyun datang. Dong hyun datang sambil menggunakan earphone. "Cepat duduk disini" "ada yang ingin aku katakan". Dulu aku kenal dan dengan dengan seseorang laki-laki yang mirip denganmu. Saat itu hujan turun deras, aku dan dia ingin bertemu di sebuah cafe. Saat kami berada berhadapan di perempatan jalan, kami saling menatap. Aku berlari menghampirinya tanpa melihat apakah masih ada kendaraan yang lewat. Aku terus berlari melewati perempatan itu. Saat berada tengah-tengah jalan itu ada mobil yang akan lewat. Dia langsung berteriak, tapi aku tidak mendengar. Dia berlari menuju aku dan menggantikan posisiku. Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi. Tapi yang ku ingat dulu dia pernah bicara "aku sangat menyukai hujan karena hujan dapat menghapus segalanya dan dengan hujan orang bisa bebas menangis" ucap kami bersamaan.
Aku terkejut dan terdiam sejenak. "Ya, sekarang aku tau kebenarannya, sejak awal aku datang, pertama kali aku melihatmu aku sudah membayangkan kamu" "aku tau itu kamu, tapi aku ragu, aku takut kau tidak mengingatku". "Kau selalu menangis saat hujan turun dan walaupun terkena hujan, air matamu selalu terasa hangat" ucapku.
Aku ingin sekali menangis tapi aku tidak ingin dilihat sedang menangis. "Aku akan menunggu hingga hujan turun, agar aku bisa menangis dengan bebas".
Tak lama hujan turun dengan deras. "Apa kau sedang menagis? Gwencanayo?" Tanya dong hyun. "Memang benar katamu hujan dapat menghapus segalanya dan orang bisa bebas menagis" ucapku sambil memeluknya.
Ternyata benar dugaanku, dia adalah teman semasa kecilku. Waktu itu kami bersama-sama mengikuti kelas Bu Mari. Kami berteman dekat dan memiliki banyak kesamaan mulai dari hobi, makanan kesukaan hingga lagu. Waktu itu kami sering pergi ke taman daegu untuk bermain gitar. Kami berpisah saat masuk SD dan sekarang kami dapat bertemu kembali.
^Gimana chingu cerita kali ini. Berkedok pengalaman mengarang cerita di pelajaran bahasa di sekolah *ciahhh, saya berusaha sekuat tenaga *gubrak.. membuat sepatah kata. Walaupun mungkin ceritanya kurang menarik, semoga dapat menghibur readers nihhh^^.Gomabsemnida~
Komentar anda membantu bloger yg membutuhkan^^